
Dalam dunia kerja, proses rekrutmen bukan lagi menjadi tanggung jawab tunggal Human Resource Department (HRD). Keterlibatan user, yakni kepala departemen atau manajer yang akan langsung bekerja dengan kandidat, semakin dianggap penting.
Maka lahirlah pendekatan rekrutmen kolaboratif, yaitu strategi perekrutan yang dilakukan bersama antara HRD dan user, dari awal hingga akhir proses seleksi.
Mengapa Kudu Kolaborasi?Merekrut seseorang untuk menjadi anggota tim kerja, seperti gampang-gampang susah, atau susah-susah gampang. Harus menemukan yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
Karenanya, rekrutmen perlu dilakukan secara kolaboratif antar HRD selaku yang paham akan admin dan strategi SDM dan user selalu pemilik kebutuhan yang memahami teknis pekerjaan di dalam departemennya.
Berikut ini, beberapa alasan mengapa sebaiknya rekrutmen dilakukan secara kolaboratif antara HRD dengan user, bukan secara sepihak.
1. HRD: Ahli Administrasi dan Strategi SDMHRD berperan sebagai penjaga gerbang. Mereka paham seluk-beluk hukum ketenagakerjaan, struktur gaji, proses administrasi, hingga employer branding.
Dalam rekrutmen, HRD biasanya menyusun job description, memproses iklan lowongan, menyaring CV, dan mengatur jadwal wawancara.
Namun, HRD umumnya tidak bekerja langsung dengan kandidat setelah diterima. Di sinilah keterlibatan user menjadi krusial sehingga mendapatkan calon yang pas untuk posisi yang dibutuhkan.
2. User: Pemilik Kebutuhan yang Paham Teknis
User, misalnya kepala bagian IT atau supervisor produksi, paling tahu kebutuhan aktual di lapangan.
Mereka memahami kualifikasi teknis yang dibutuhkan, karakter yang cocok dengan tim, serta tantangan pekerjaan yang akan dihadapi.
Tanpa keterlibatan user, besar kemungkinan HRD hanya memilih kandidat yang “terlihat cocok di atas kertas”, tetapi tidak nyambung saat bekerja.
3. Risiko Rekrutmen SepihakJika rekrutmen dilakukan sepenuhnya oleh HRD tanpa melibatkan user, hasilnya bisa mengecewakan. Kandidat mungkin lulus seleksi administratif namun gagal memenuhi ekspektasi teknis.
Sebaliknya, jika hanya user yang memilih tanpa proses penyaringan HRD, bisa terjadi pelanggaran prosedur atau penawaran kerja yang tidak sesuai standar perusahaan.
4. Rekrutmen Kolaboratif: Solusi yang EfektifRekrutmen kolaboratif menggabungkan kekuatan HRD dan user. HRD menyaring kandidat dari sisi soft skill, nilai budaya, dan kelengkapan administratif.
Sementara user menilai kompetensi teknis dan kesesuaian dengan tim karena pendatang baru yang diinginkan, tentunya tidak hanya bekerja secara indiharus bekerja secara tim.
Kolaborasi ini biasanya dilakukan dalam bentuk:
Penyusunan bersama job description.Wawancara panel antara HRD dan user.Penilaian gabungan menggunakan sistem skoring.Diskusi terbuka sebelum pengambilan keputusan akhir. 5. Manfaat Rekrutmen KolaboratifBeberapa keuntungan dari pendekatan kolaboratif HRD dan user adalah:
Kandidat lebih tepat sasaran, karena dipilih dari dua sisi yang saling melengkapi.Mengurangi risiko turn over, karena kandidat lebih siap dan sesuai dengan budaya kerja tim.Peningkatan kualitas kerja, karena user lebih percaya terhadap rekrutan baru.Proses onboarding lebih lancar, karena user sudah mengenal dan menyambut kandidat sejak awal. 6. Tantangan yang Perlu DiatasiWalaupun efektif, kolaborasi ini bisa menghadapi tantangan seperti:
Waktu user yang terbatas.Perbedaan sudut pandang antara HRD dan user.Ego sektoral atau “perebutan” kendali keputusan.Semua ini bisa diatasi dengan komunikasi yang jelas, pembagian peran yang tegas, dan komitmen untuk mencari kandidat terbaik demi kepentingan bersama.
Kolaborasi adalah KunciKini bukan lagi saatnya "HRD vs user", tapi "HRD dan user". Sinergi keduanya akan menghasilkan rekrutmen yang lebih tajam, cepat, dan berorientasi jangka panjang.
Saat ini, yang terbaik adalah HRD dan user, dua pihak yang saling melengkapi untuk menghasilkan proses seleksi yang akurat, profesional, dan berkelanjutan.
Karena sejatinya, mendapatkan karyawan terbaik bukan hanya tentang siapa yang memilih, tetapi bagaimana proses memilih itu dilakukan bersama.
Rekrutmen kolaboratif bukan hanya soal efisiensi, tapi juga tentang menanam bibit unggul untuk masa depan organisasi.***
0 komentar:
Posting Komentar